Pagi itu, aku terbangun dengan mata yang sembab dan
membengkak. Semalam aku menangis di kamar sampai ketiduran. Entah berapa lama
aku berderai air mata. Yah, aku baru saja mengalami kejadian yang membuat aku
begitu sakit. Seorang cowok yang tanpa sengaja masuk dalam kehidupanku kini malah
menghancurkan semuanya.
Perkenalkan
aku Mesty Amirania. Panggil saja Mesty. Aku berumur 15 tahun dan aku duduk di
kelas 3 SMP. Teman, tahukah kalian bahwa aku yang masih polos dalam hal percintaan
tiba-tiba berubah menjadi anak yang pendiam dan penyendiri. Aku mulai mengerti
cinta saat seseorang cowok masuk ke dalam kehidupanku. Rendy.. Satu nama yang
selalu hadir dalam kehidupanku. Ia adalah temanku. Aku bersahabat dengan Rendy
dan Santy. Mereka selalu mengisi hari-hariku jadi lebih berwarna. Hingga saat
itu, kedekatanku dengan Rendy semakin tidak terhingga, aku mulai merasakan
benih-benih cinta di antara aku dengannya. Aku yang merasa yakin akan
perasaanku padanya, begitu pun ia mencintaiku. Suatu hari ku dapati Rendy dan
Santty sedang duduk berdua di taman belakang sekolah ku. Tak sengaja ku dengar
obrolan mereka berdua.
“Santy,
gue serius. Loe mau gak jadi pacar gue?” Kata Rendy.
“Gimana
ya Ren, kita kan sahaabatan, nanti jadi canggung ah.”
“justru
karena kita sudah menjadi sahabat, kita tau masing-masing sifat kita. Lagi
juga, gue sayang banget sama loe.”
“Serius?”
tanya Santy.
Rendy
menggangguk.
Aku
benar-benar tak habis pikir, rasa baiknya pada ku selama ini, ternyata murni
tanpa rasa. Aku berlari meninggalkan tempat itu. Penuh rasa kecamuk di dalam
hatiku. Aku bahkan sempat berpikir bahwa Rendy mempunyai rasa yang sama
sepertiku.
Aku
mengenal Rendy karena tiap malam Rendy latihan silat di samping ponpes tempat
ku mengaji kala malam hari. Awalnya aku biasa aja dengan kehadirannya. Tidak
ada rasa sama sekali. Tapi hari-hari berikutnya Rendy memulai kedekatan kami
dengan sekedar menitip salam padaku. Tidak ada yang spesial memang. Tapi
hari-hari ku kini mulai terasa indah dengan keberadaanya.
Dengan
senang hati, mereka membagi kebahagiannya padaku, yang bagiku itu adalah hal
yang membuatku semakin terpuruk dengan hubungan mereka.
“Mesty, ntar nonton yuk sama kita?”
Ajak Rendy.
“ Aduh, maaf Ren, gue gak bisa. Mau
nganter nyokap.” Jawabku. Bukannya aku tidak mau, walaupun dulu kami sering
jalan bertiga bareng, tapi kini kondisinya berbeda. Yang ada nanti, bukannya
senang, malah aku menganggu mereka.
“Ah, Mesty sombong sekarang.” Kata
Santy.
“Nggak gitu Santy, biasa deh
nyokap..”
“Yaudah, kalo gak mau. Gak apa-apa
deh.” Balas Rendy.
Meski
Rendy pacaran dengan Santi, tapi ternyata Rendy tidak pernah absent menghubungi
ku. Entah sms atau pun meleponku. Jujur saat itu aku benar-benar telah
merelakan Rendy. Kami pun menjadi lebih dekat kembali.
Ketika aku
sedang berada di kelas, Santy menghampiriku.
“Mes,
gue mau minta tolong sama loe. Gue ngerti kita sahabatan, tapi sadar gak sih
gue itu pacarnya Rendy. Loe bisa kan jaga jarak sama cowok gue.. kalo loe masih
bersikap begini, sama aja kalian berdua tuh selingkuh..”
“Santy,
loe ngomong apa sih, gue gak maksud buat ganggu cowok loe.”
“Terserah
lah Mes, gue capek denger ocehan loe. Sekarang gak ada deh yang namanya sahabat
di antara gue sama loe.”
Kejadian
itu membuat hubunganku dengan Santy menjadi canggung. Aku mulai menjauhi Rendy,
dan tak ku dengar kabar hubungan Rendy dengan Santy lagi. Hingga aku lulus dari
SMP ku dan bersekolah di SMA favorit di Kota ku.
Aku agak
kurang suka beradaptasi kembali dengan orang-orang baru. Aku terlalu cuek
dengan apa yang ada di sekitar ku. Namun kini aku telah memiliki beberapa teman
akrab.
Salah satu
teman akrabku adalah Putri, ia teman sebangku ku. Ia baik, namun ada saatnya
aku membencinya ketika centilnya timbul jika melihat cowok yang bening. Namun,
tak membuat hubungan persahabatan kami renggang.
“Mezty.. “ Sapa Putri. Aku segera
menoleh ke arah yang memanggil namaku.
“Apa Putri?” Jawabku.
“Ntar jalan yuk..”
“Kemana?”
“Mall. Ayo lah..”
“Mau sih, tapiiiii...”
“Tapi apa? Duit? Nyatai..”
“Bukan.. tapi kalo di bayarin gak
apa-apa sih. Hehee..”
“Oke sip..”
Setelah
bel pulang sekolah berbunyi, aku dan Putri segera bergegas menuju parkiran
motor. Setelah kami memakai helm, kami pergi. Hanya 25 menit kami telah sampai
ke Mall di bilangan Jakarta.
“Mez,
makan dulu yuk.”
“Oke
, yuk..”
“tapi,
ada cowok gue Mez. Gak apa-apa ya?”
“Hah?
Serius? Yaaa, gue bisa kambing congek disini.”
“Ngga
deh serius. Yayaya?”
“Ehm,
yaudah..” Jawabku dengan sedikit malas.
Entah
mimpi apa yang ku dapat semalam, ketika aku sampai di sebuah restoran fastfood
yang di tuju, aku dan Putri menuju meja nomor 64, dan ternyata adalah Pacar
Putri.
“Sayang...” sapa Putri. Cowok itu
pun menoleh ke arah Putri.
“hai, sendiri??” Jawabnya. “Lho..
mezty?”
Aku
yang sejak tadi kurang memperhatikan Putri dan cowoknya, langsung terkejut
dengan kehadiran sosok laki-laki yang berada di hadapan aku ini.
“Rendy??” Panggilku.
Ya,
Rendy. Rendy yang telah hilang dari kehidupanku setelah menorehkan luka di hati
ku. Kini hadir di hadapanku setelah 2 tahun lamanya kami saling tidak memberi
kabar. Aku tak habis pikir!
“Hai Mez, udah lama kita gak ketemu.
Apa kabar?” Katanya sambil menyalamiku.
“hai, baik..” Aku membalas
menyalaminya.
“Tunggu, kok kalian saling kenal?
Tanya Putri.
“Ini sahabat aku waktu kami duduk di
bangku SMP.” Jelas Rendy.
“Oh, gitu. Ih, seneng deh kita jadi
deket bertiga kayak gini.” Jawab Putri.
Oh, Tuhan.. Mengapa kau pertemukan
aku dengan Rendy kembali?
Teman,
andai Kalian tahu perasaanku saat itu, aku sedih. Kejadian yang telah lama aku
lalui, kini harus aku hadapi kembali. Luka yang dahulu sulit menghilang, bahkan
masih membekas kini kembali tergores dengan kenyataan pahit ini. Tuhan, semoga
waktu sedang bercanda dan sedang berusaha membuat aku tertawa, aku tak ingin
kejadian ini terulang kembali.
Aku takkan
sanggup jika harus mengulangnya. Berpura-pura tegar seperti dulu. Aku muak!!
Tapi kenyataanya kini,mereka memang pacaran. Tak ada yang bisa ku lakukan
selain merelakan mereka. Sama seperti yang ku lakukan dulu.
*TAMAT*
by: fzhuzie@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar