Minggu, 03 November 2013

CERPEN - ANAK KAMPUNG ITU.. PACAR GUE!!


Di pagi hari yang cerah, Vega pergi mengendarai mobil Jazz hitam miliknya menuju rumah Marwan, kekasihnya yang sudah menjalin hubungan selama 4 tahun. Sambil asyik dengan lagu yang ia nyalakan di dalam mobil, tiba-tiba “Bruuuk!” sepertinya Vega menabrak sesuatu. Ia segera turun dari mobilnya.
“Mas, aduh kok tiduran disini sih. Heh... Hellow...”
“Mbak, aduh.” Seorang cowok itu mulai tak sadarkan diri.
“Aduh, heh.. jangan pingsan dong.” Vega mulai melihat-lihat lokasi sekitar, bermaksud ingin meminta bantuan. Bapak-bapak yang melihat kejadian itu segera menghampiri Vega yang panik.
“Ada apa, Teh’?” Tanyanya.
“Bapak, tolong angkatin dia dong ke dalam mobil..” Perintah Vega.
Bapak itu pun membawa cowok yang pingsan ke dalam mobil Vega. Setelah Vega mengucapkan terima kasih padanya, ia pergi berlalu.
“Aduh, nih orang.. ngapain sih pake pingsan segala, emang tadi ketabrak, apa? Gimana nih gue. Ke rumah sakit aja kali, ya? Ah, jangan jangan.. nanti gue disuruh tanggung jawab. Ehgg, ke rumah aja deh.”  Kata Vega gusar.
***
“Ya ampun, Mama kan pergi, Bi Sari ke pasar, Pak Udin pasti ikut Mama, gimana ini?” Katanya. Ia memutuskan untuk mengangkatnya seorang diri. Dan ia letakan cowok itu di sofa rumahnya.
“Hah ! Berat banget nih orang. Orang apa karung beras sih?
***
            Sudah 1 jam cowok itu tertidur pingsan di sofa milik keluarga Vega, saat asyik menonton tv, Vega teringat film action yang ia tonton minggu lalu, bahwa orang dapat berubah menjadi rampok ketika penghuni seorang diri. Vega tatap sosok cowok yang tertidur di sofa, dari atas sampai bawah ia perhatikan.         
“Nggak jelek-jelek amat nih cowok, ganteng kok.. dan  gue bisa taksir umurnya masih 18 tahunan kayak gue.”
Saat Vega sedang serius menatapnya, tiba-tiba cowok itu terbangun. Vega segera bersigap.
“Saya dimana? Mbak ngapain disini?” Cowok itu duduk bersandar di sofa.
Ih? Ngapain,..  Ini rumah gue..”
“Lalu, saya kenapa di rumah Mbak?”
“Gak tau ya. Udah sehat kan mending pulang!”
“Mbak, kalau saya boleh tanya, jalan kenari no.15 rumahnya Ibu Sarah dimana ya? Saya mau ketemu sama Ibu saya..
“Hah? Ibu? Ibu yang mana? Ini siapa? Apa jangan-jangan dia anaknya Mama. Oh my God. Mama selingkuh? Nggak mungkin..” Katanya dalam hati.
 “Assalamualaikum..”
Vega dan cowok itu menoleh.
 “Ibu..?” Cowok itu pun menghampiri dan mencium tangan Bi Sari.
“Hah? Ibu?” Vega tercengang.
“Joni... Kamu tau rumah ini?” Bi Sari memeluk Joni dengan erat.
“Gak tau Bu, tadi Joni..” Joni melirik Vega. Vega segera menempelkan jari telunjuk di bibirnya, menandakan ia jangan bicara. “Ehgg, tadi Joni nanya sama Mbak ini, eh ternyata rumahnya disini, jadi bareng deh..”
Vega hanya mengernyitkan dahi, lalu pergi menuju kamarnya.
***
            Malam harinya, Mama dan Papa Vega telah pulang dan mengajak Vega berkumpul bersama di ruang keluarga, tak  ia sangka cowok yang  ia kenal adalah anak dari Bi Sari yang bernama Joni ikut berkumpul beserta dengan Bi Sari. Vega hanya bersandar di sofa tak memperhatikan obrolan keluarganya.
“Joni, sekarang berapa umurmu?” Tanya Papa Vega pada Joni.
“19 tahun, Tuan..”
“Ah, gak usah panggil Tuan panggil Pak Burhan saja..” Kata Burhan menerangkan.
“Ehg, baik Pak..”
 “Oh iya, apa yang membuatmu datang kemari?” Tanya Burhan.
“Di kampung, saya baru saja mengalami gagal panen Pak, lalu saya memutuskan untuk minta tolong sama Ibu, siapa tahu disini ada pekerjaan untuk saya, saya bisa mengerjakan apa saja kok, Pak..”
 “Anak seumuran kamu mau kerja seperti apa? Kamu itu harusnya sekolah lagi. Apa kamu tidak berencana untuk kuliah?”
“Kami tidak mempunyai uang, Tuan..” Sahut Bi Sari.
“Ehm.. Bagaimana kalau kamu kuliah di kampusnya Vega?”
“Hah? Pa.. yang bener aja dong, Pa.. Jangan satu kampus sama aku lah.”
“Justru itu, biar kamu tuh pulangnya on time gak telat kelayapan pacaran terus. Jadi Joni bisa mengawasi kamu..”
“Sudah Pak, tidak perlu. Biar saya bekerja saja.” Ujar Joni.
“Tidak.. Tidak.. Mau jadi apa kamu nanti kalau tidak bekerja? Lulusan perguruan tinggi saja masih susah mencari pekerjaan. Bagaimana kamu yang memutuskan tidak kuliah? Pokoknya mulai besok, kamu bersiap untuk pergi kuliah dengan Vega.”
“Papa.. Ih..” Vega pergi ke kamarnya.
“Terima kasih Pak, saya senang sekali..” Kata Joni sambil mencium tangan Pak Burhan.
***
Pagi harinya, Vega bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
“Vegaaaa, ini sarapannya sayang..” Panggil Mamanya.
“Ya, Ma..” Vega menuruni anak tangga dan segera duduk di kursi makan.
“Joni, ayo sarapan dulu.” Ajak Pak Burhan.
“Papa, bikin nafsu makan ilang aja deh. Di dapur masih lega kan Pa, disana aja dia!” Jawab Vega.
“Vega, kamu itu kalau ngomong di jaga. Apa Papa kurang mendidik kamu, makanya kamu jadi tidak sopan seperti ini?  Ayo duduk  Joni, jangan dengarkan Vega..”
“Terima kasih, Pak..” Jawab Joni.
“Maklumin aja Vega begitu, dia kan putri saya satu-satunya, mungkin saya yang terlalu memanjakan Vega, jadi kurang sopan sama orang.” Ucap Burhan.
***
Pak Udin mengantar Vega dan Joni ke kampus. Saat sampai di kampus, Vega dan Joni turun. Vega segera berlalu meninggalkan Joni. Mobil yang mengantar mereka sudah pergi melaju.
            “Non... kelas saya dimana?” Teriaknya.
Vega tak memperdulikannya, ia segera menuju kelasnya.
***
            Joni mengerjakan tugas kuliah pertama di kamarnya. Tiba-tiba Vega datang lalu menggebrak pintu kamarnya.
“Lo pintar, kan? Kerjain nih..” Vega meletakan bukunya di atas meja belajar Joni.
“Jangan sampai salah! Awas lo..” Tambahnya. Saat Vega melangkah keluar kamar Joni, Joni mencegah tangan Vega.
“Non..” Joni menatap Vega. Joni maju perlahan mendekati Vega. Lalu tanpa sengaja Joni menginjak kaki Vega.
“Aww... Ih.. Jangan pegang-pegang gue!” Singkir Vega.
“Maaf, Non.. Non, saya mau tanya.. Apa, Non dan Marwan pacaran?”
“Kenapa emang? Lo naksir sama Marwan?”
“Hah? Nggak Non, nggak.. Nggak mungkin kan, Non..”
“Siapa tahu..”
“Ehm.. Gini, Non.. Waktu saya pertama kali datang ke Jakarta. Saya sempat di serempet mobil, lalu yang punya mobil turun, dan memaki saya. Pacarnya juga turun memaki saya, Non.. Dia itu.. Marwan, Non..”
“Serempet? Yang nyerempet lo kan gue.. Lagi juga, gue bawa mobil sendirian, gak sama Marwan. Ngigo kali lo..”
“Nggak Non, sebelumnya saya di serempet mobilnya Marwan, Marwan turun bersama pacarnya, dia bilang sayang kok ke Marwannya. Terus, setelah Marwan pergi, baru saya di serempet mobilnya Non Vega..”
“HAH? Hahahaha... Kasian banget sih lo, sudah jatuh tertimpa tangga. Dengar ya, Joni.. Lo itu gak kenal sama gue ataupun Marwan. Dan gue sama Marwan udah pacaran lebih dari 4 tahun.. Jadi gak usah sok tahu, deh.. Okay..” Vega pergi keluar dari kamar Joni.
***
Ibunya Joni tersenyum bahagia melihat Joni belajar dengan sungguh-sungguh di kamarnya. Joni adalah putra kedua Bi Sari. Kakaknya telah meninggal karena kecelakaan kerja di Pabrik Tekstil, sedangkan Ayahnya telah meninggal saat Joni berusia 5 tahun. Kini tinggal lah Joni yang harus mengurus Ibunya.
***

“Iya sayang.. dia freak banget tau.. Masa dia bilang pernah di serempet sama kamu, terus katanya kamu satu mobil sama pacar selain aku. Nggak mungkin banget kan?” Kata Vega sambil menyindir Joni yang tiba-tiba lewat.
“Ya... Nggak lah.. sayang. Pacar aku kan cuma kamu.. Masa kamu percaya sama anak kampung kayak gitu.”
“Ya makanya aku nggak percaya. Tapi aku sebel banget sama dia...”
“Udah lah, gak usah di pikirin. Oke..” Marwan mengelus rambut Vega.
***
 “Kriiing.. Kriing..”
Ponsel Vega berdering. Vega menjawab panggilan.
“Halo.. Oh Nadia. Tumben lo nelpon, ada apa? Reuni? SMA kita? Kapan? Acaranya pake bawa pasangan? Ada-ada aja.. Masih kok.. Iya, sama Marwan.. Dimana? Oh Hotel Santika? Siapa yang ngusulin? Oke oke.. Jam 7 malam kan? Oke.. Dah..” Vega mengakhiri panggilannya.
“Mesti kasih tau Marwan nih..”
***
“Liat Marwan gak?” Tanya Vega pada teman kampusnya.
“Nggak..”
“Vega.. Cepet ikut gue..” Ajak Miftha sahabatnya.
“Mau kemana, Tha?”
Vega mengikuti Miftha menuju perpustakaan. Di lorong menuju perpustakaan, banyak mahasiswa yang sedang berkumpul sambil keheranan. Vega semakin penasaran apa yang terjadi di perpustakaan.
“Pokoknya kalau sampai lo bilang sama Vega, abis lo!” Bentak Marwan sambil menarik kerah baju Joni.
“Saya nggak takut. Saya cuma takut sama Allah. Allah itu melindungi saya.” Ujar Joni, yang wajahnya sudah babak belur karena habis-habisan di pukuli Marwan.
“MARWAN!” Teriak Vega. Lalu pergi menghampiri Marwan dan Joni.
“Kamu apa-apaan sih? Lepasin dia. Kalian kenapa berantem sih?”
Marwan melepaskan genggaman pada kerah baju Joni. Joni terdiam lalu terduduk di pojok samping rak buku.
“Apa sih yang terjadi? Kalian semua! Kalian tahu pertengkaran ini, kenapa kalian gak melerai?” Tanya Vega pada mahasiswa yang berada di lokasi.
“Heh Vega! Harusnya lo ngaca. Semua orang disini tuh gak care lagi sama lo. Siapa yang bisa peduli sama orang yang manja dan bisanya cuma menghina orang-orang yang gak sederajat sama lo?” Sahut sahabatnya Marwan.
“Iya. Dan harusnya lo sadar, lo itu gak pantes dibela sama Marwan. Marwan mungkin masih bertahan, karena dia kasian doang sama lo..” Sahut yang lain.
“Apaan sih.. Marwan, itu gak benar kan?” Tanya Vega.
“Vega. Kamu tahu kan.. berapa tahun kita pacaran? 4 tahun. Selama itu aku merasa bosan sama sikap kamu, kayak anak kecil, manja, dan posesif. Selama ini aku sabar hadapi kamu, tapi nyatanya, kamu gak layak aku pertahanin. Kamu tahu aku pukul dia kenapa, karena hari ini.. di tempat ini, sekitar 20 menit yang lalu sebelum perkelahian di mulai, aku kepergok sama pembantu kamu lagi mencium Adela. Tadinya... Aku gak mau kamu tahu, makanya aku mengancam dia. Jadi... Kamu tahu itu artinya apa kan..” Ujar Marwan santai.
“Nggak.. Nggak.. Kamu bercanda kan, kita gak mungkin putus kan? Marwan kamu tau aku sayang sama kamu. Kamu gak boleh kayak gini..”
“Apa sih, Ga? Apa yang lo harapkan dari cowok yang tukang selingkuh kayak gue? Selama 4 tahun kita pacaran, selama 4 tahun itu juga gue selingkuh. Kalau lo gak percaya, lo bisa tanya sama Miftha, dia mantan gue. Mantan pertama gue setelah satu bulan gue jadian sama lo. Kita putus, Ga..” Marwan pergi meninggalkan Vega yang masih terperangah tak percaya akibat penjelasannya.
Miftha menunduk menyesal, mendengar pernyataan Marwan.
“Apa? Tha, itu gak benar kan, Tha? Tha, jawab Tha...” Vega terisak.
“Maafin gue, Ga.. Gue nyesel. Maafin gue, Vega..” Sesal Miftha.
“Lo gila ya, Tha. Lo itu sahabat gue dari SMP. Lo tega khianati gue?”
“Maafin gue.. Gue emang salah, Ga.”
“Joni.. Ya ampun..” teman perempuan Joni datang tiba-tiba lalu menghampiri Joni. “Vega! Lo kok diem aja sih, Joni pingsan karena nolong lo. Tega banget sih lo jadi orang.” Bentaknya.
“Gue gak butuh bantuan dia. Siapa yang nyuruh dia bela gue?” Vega berlari keluar dari perpustakaan.
“VEGAAA!!” Miftha mengejar Vega.
“BANTUIN DONG! Gak punya nurani banget kalian..” Ujarnya. Semua mahasiswa yang berada di lokasi perpustakaan membantu Joni.
***
“Marwan... Kamu tega banget sama aku.. Aku kurang apa di mata kamu? Bahkan aku bisa dan aku mau maafin kamu, Wan...” Isak Vega di kamarnya.
***
Tepat satu minggu Vega tidak pergi kuliah. Ia terlalu malu telah di hujat oleh sahabat-sahabat Marwan yang jengah dengan sikap manja Vega. Vega pun enggan bertemu Miftha. Ia mengurung dirinya di kamar, tanpa mau di ganggu siapapun. Hatinya kini telah hancur, karena berpisah dengan Marwan yang sudah menjadi kekasihnya selama 4 tahun. Terlintas di pikiran Vega sosok Joni yang rela di hantam oleh Marwan karena membelanya. Ia merasa bersalah pada Joni yang telah baik padanya. Joni banyak membantu dirinya.
“Permisi.. Non.. Makan dulu nih.. Non dari pagi belum makan.” Ujar Joni sambil membawa makanan. “Non Vega.. Ini juga ada catatan kuliah, seminggu ini kan, Non jarang masuk. Saya sudah mencatatkan untuk Non Vega.” Joni meletakan buku di atas meja.
 “Non.. Saya suapin ya, Non..” Joni membawa makanan lalu duduk di samping ranjang Vega. Vega duduk bersandar.
“Lo kok baik sih sama gue? Gue kan jahat sama lo.”
“Non kan juga baik sama saya, manusia itu wajib berbuat baik, Non.. Non Vega juga harus bangkit. Jangan sedih-sedih mulu. Kalau kata anak sekarang mah, harus Move On. Kata pepatah kan, mati satu tumbuh seribu. Nah, kalau Non Vega. Putus satu, dapat seribu..”
Vega tersenyum mendengar guyonan Joni.
--Bunyi pengingat di handphone Vega--
Vega membacanya. Pengingat untuk mengingatkan acara reunian SMA-nya.
“Ya ampun.. Reuni besok. Mana gue gak punya pasangan.” Keluh Vega.
“Ayo Non, di makan. Aa..” Joni menyuapi Vega.
“Apa Joni aja, ya? Dia keren. Kalau dandan, pasti mirip banget sama Egi John.” Ujar Vega dalam hati. “Jon.. Besok malam, lo ada acara gak?”
“Nggak, Non. Ada apa?”
“Besok.. gue ada acara reuni SMA, dan harus bawa pasangan. Lo mau kan jadi pasangan bohongan.. gue?” Ujarnya ragu-ragu.
“Emangnya.. Non gak malu bawa saya? Saya kan orang kampung..”
“Emangnya teman SMA gue tahu kalau lo orang kampung? Ikut gak?”
Joni tersenyum.
***
“Pokoknya. Nama lo Jhon.. Ehm.. Jhon Prawira. Bukan Joni Pakusan, jangan sampai lupa. Oke..” Ujar Vega.
“Kenapa harus ganti nama, Non?”
“Aduh Joni.. Dandanan lo udah keren, masa namanya kampungan. Sekali ini aja.. Dan, kalau lo di tanyain. Bilang aja bokap lo pengusaha tambang. Oke.”
“Tapi Bapak saya kan sudah meninggal, Non..”
“Jon.. Pura-pura. Gimana sih, lo? Ayo masuk..” Ajak Vega sambil menggandeng tangan Joni dan memasuki aula Hotel.
“Hai...Vega..” Sapa Nadia. Lalu menyambar pipi Vega.
“Hai..”
“Siapa nih, Ga? Pacar baru?”
“Iya.. Kenalin.. Jhon Prawira. Sayang, ini Nadia teman SMA aku.”
“Nadia.” Ujar Nadia sambil tersenyum.
“Jhon..”
“Ga, lo putus sama Marwan?”
“Iya gue putus. Tapi.. ngapain juga gue masih sama dia. Mending sama Jhon. Dia anaknya pengusaha tambang, Bo..” Bisik Vega.
“Hahaha.. emang bisa deh lo nyari cowok. Udah ganteng, tajir lagi.. ”
***
Vega datang dengan gaun warna merah berpadu dengan kemeja yang Joni kenakan. Mereka terlihat sangat serasi dan romantis.
“Eh.. ada anak kampung. Ngapain lo disini?” Tanya Marwan yang tiba-tiba datang menghampiri Vega dan Joni.
“Marwan. Kamu ngapain disini?” Tanya Vega terkejut.
“Ini reuni anak SMA 38 kan? Harus bawa pasangan kan? Ya.. gue kesini sama pasangan gue lah.”
“Pasangan? Siapa?”
“Miftha. Gue balikan sama Miftha. Kenapa?”
“Hah?”
“Marwan.. Lo datang? Sama siapa?” Sapa Nadia.
“Sama Miftha.”
“Oh.. Oh ya, lo udah kenal kan sama pacar barunya Vega?”
“Dia?” Tunjuk Marwan pada Joni.
“Udah. Anak pembantunya dia kan? Bukannya cewek ini tipe pemilih? Oh.. atau.. Lo cuma jadi mainannya dia doang?” Tambah Marwan lalu pergi.
“Anak pembantunya Vega?” Tanya Nadia terkejut. Vega terdiam.
“Teman-teman sekalian. Selamat datang di acara Reuni SMA 38. Walaupun gue bukan alumni SMA kalian. Setidaknya, gue pernah jadi murid di SMA 38 sebelum gue pindah ke SMA Kasih. Gue disini cuma mau menjelaskan. Gue datang kesini bukan sama Vega.. Vega itu udah jadi mantan gue. Jadi jangan ada yang mengkaitkan gue dengan cewek manja kayak Vega lagi. Dan lo tahu, Vega hari ini datang dengan pacar barunya bernama Jhon Prawira. Oh, atau Joni Pakusan? What ever. Si Joni ini, adalah anak pembantunya Vega, yang dibilang Vega sih anak pengusaha tambang. Iya tambang, tambang cucian. Hahaha..”
Semua teman-teman Vega tertawa. Vega berlari meninggalkan area reuni. Joni menghampiri Marwan.
“Apa itu merugikan anda? Atau anda cemburu melihat Vega punya kekasih yang baru? Sebenarnya, anda tidak berhak berbicara menggunakan microphone itu. Anda dan saya hanya diajak pasangan kita untuk datang memenuhi undangan reuni SMA 38. Walaupun anda pernah menjadi murid SMA 38, tapi bukan berarti anda bisa berkoar di depan teman-teman lama anda. Anda harusnya malu, dan berpikir. Bahwa betapa beruntungnya anda pernah memiliki kekasih seperti Vega. Walaupun dia manja, tapi dia punya hati yang tulus dan setia. Dimana pun anda berada, jika sikap dan sifat anda masih sepeti ini, anda gak akan pernah mendapatkan cinta yang tulus. Camkan itu. Marwan Soehendra!” Joni meninggalkan Marwan.
***
 “Kenapa, Jon? Kenapa kamu mau pulang ke kampung?” Tanya Burhan.
“Iya, Pak. Saya mau ambil hasil panen. Setengah milik tetangga saya, itu ada milik saya. Jadi saya harus membantu mengurus, Pak.”
“Lalu bagaimana kuliah kamu?”
“Saya minta cuti, Pak. Karena, hasil panen itu akan saya tabung untuk masa depan saya, Pak.”
“Ya.. ya.. Ya sudah. Semoga berhasil. Ingat, kalau urusan di kampung sudah selesai, segera kembali meneruskan kuliahmu.”
“Iya, Pak..”
***
Hari-hari Vega kini terasa sepi. Tanpa Joni di sisinya. Ia sadar. Ia begitu banyak membuat salah pada Joni. Di dalam relung hatinya kini, mulai terisi hadirnya Joni. Begitu banyak kenangan yang ia lalui bersama Joni. Vega mulai merasa kehilangan Joni.
“Jangan-jangan.. Gue suka sama Joni? Aaah.. Kenapa gue bisa suka sama dia sih? Ih.... Tapi... Gue harus bawa Joni kesini lagi.. Iya harus!”
***
Vega memutuskan untuk pergi menemui Joni. Ia pergi membawa mobil pribadinya menuju Garut. Jalan yang di laluinya cukup parah. Banyak lubang dan becek. Namun hatinya tetap kokoh untuk menemui Joni.
“JONI...!” Vega menghampiri lalu memeluk Joni dengan erat.
“Non.. Jangan begini Non. Gak enak dilihat orang. Non, ngapain disini?”
Vega melepaskan pelukannya.
“Itu rumah lo, kan?” Vega segera menuju rumah Joni. Lalu masuk ke dalam. Terlihat diwajahnya ada rasa jijik melihat rumah Joni yang kumuh.
“Maaf ya Non, rumahnya jelek. Oh, ya.. Non, ada apa datang kesini?”
“Gue kesini.. mau jadi pacar lo!” Ujar Vega yakin, lalu mengambil tisu dari tasnya dan meletakkan beberapa tisu untuk alas duduk di bangku.
“Pacar? Non mau jadi pacar saya?” Joni duduk di sebelah Vega.
“Iya.. Emang kenapa? Gak boleh?”
“Ehm... Non kan majikan saya. Lagi pula, saya ini orang miskin, Non..”
“Emangnya orang kaya gak boleh pacaran sama orang miskin? Lo kan di biayain kuliah sama bokap gue, lo manfaatin biar benar. Lo kuliah yang rajin. Nanti kan kalo lo kerja gajinya gede, lo bisa nikahin gue.. Ya, kan?”
Vega menghampiri Joni, dan duduk menyamping di pangkuan Joni.
 “Non.. Jangan gini Non..”
“Gue tulus kok sama lo. Gue... Cinta sama lo.” Vega tersenyum manis.
“Ini bukan bualan Non semata kan? Non beneran kan?”
Vega menggeleng tegas lalu mengangguk yakin.
“Lo mau kan jadi pacar gue?” Tangan Vega  mulai merangkul bahu Joni.
“Aduh Non, saya.....”
“Eeeeeemmuaaaah...” Vega mengecup bibir Joni. Joni yang terkejut membulatkan matanya.
“Harus jadi pacar gue. Oke..”
Joni tersenyum bahagia.
 “I love you Vega Maharani.” Ujar Joni jelas.
Vega memeluknya.
***
“Vega! Siapa tuh? Kampungan banget gayanya.”
“Anak kampung itu............ Ehm. Pacar Gue...” Ujar Vega sambil menggandeng mesra tangan Joni.
TAMAT